Minggu, 29 April 2018

Peran Guru Dalam Perubahan Bangsa


Beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan dua sahabat yang sudah hampir lima tahun tidak bertemu, Topik dan Wawan. Topik adalah karyawan swasta tempat saya dahulu saya bekerja, sedangkan Wawan, teman kuliah yang sekarang seorang guru.

Ada pertanyaan dan keluh kesah dari dua sahabat saya ini yang ingin saya kutip

Topik bertanya kepada saya : " kenapa kamu memilih kerja sebagai guru?"

Sedangkan

Wawan  Mengeluh : " Jenuh juga mengajar anak-anak dan bosan menjadi guru"

Nah, dari kutipan pertanyaan dan keluh kesah dari sahabat ini saya berinisiatif membuat tulisan ini, sebagai bentuk jawab kepada sahabat-sahabatku atau pembaca blog ini. Tulisan ini adalah sebuah harapan dari saya semoga bermanfaat buat semua. yuk kita simak!

Salah satu ciri pemimpin besar bangsa adalah diukur seberapa besar perhatiannya kepada dunia pendidikan. Berbicara pendidikan berarti berbicara masa depan, berbicara perubahan ke arah kemajuan. Instrumen yang paling penting dalam dunia pendidikan adalah guru, karena guru akan berada dalam garda terdepan untuk mengubah pola pikir, pola sikap dan perilaku. Dan dari sinilah awal sebuah kemajuan menuju tatanan dunia baru.

Ketika kota Nagasaki dan Hirosima di bom atom 1945, kaisar jepang bertanya "Berapa guru yang masih hidup?". Dan dimulai dari gurulah Jepang kini mengguncang dunia, langkah tersebut kemudian diikuti oleh banyak negara lain.

Sementara itu Indonesia, sebagai negara yang sangat luas dan jumlah penduduk yang besar, juga sangat memperhatikan dunia pendidikan. Hal itu tercermin dalam UUD 1945 yang di amandemenkan, yang menyatakan 20% anggaran adalah untuk pendidikan.

Salah satu permasalahan yang ada di kalangan guru-guru adalah pada masalah mental. Banyak guru yang memiliki mental tidak seperti 'guru'. Di antara mereka masih banyak yang tidak mentransfer pelajaran melalui skill yang baik. Sehingga tidak ada perubahan pola pikir, pola sikap dan perubahan perilaku pada anak didiknya. Bahkan ada yang masih kurang bersemangat, kurang mampu mengoptimalkan potensi yang ada di sekeliling atau tidak tau harus berbuat apa dalam mengajar.


Bagi seorang guru, mengajar pada hakikatnya adalah seni mengubah perilaku seseorang. Jadi sesungguhnya ada proses dalam terjadinya perubahan pemahaman dengan cara berpikir dan cara bersikap. Ini kemudian di kenal dengan teori Transfer Of Learning, yang melihat bahwa pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang berorientasi transpormasi ilmu pengetahuan menjadi pola pikir dan pola sikap dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman ini sesuai dengan makna pendidikan, yakni seni membentuk manusia dan belajar menjadi salah satu instrumennya.

Menurut Taliziduhu Ndraha (1997)
         "sikap adalah kecenderungan jiwa terhadap sesuatu dan menunjukan aktualisasi pendirian. 
         ia menunjukan arah, potensi dan dorongan menuju sesuatu itu. 
         Sedangkan perilaku(behavior) adalah operasionalisasi dan aktualisasi sikap seseorang 
         terhadap suatu situasi atau kondisi lingkungan".

Dalam proses transformasi pola pikir menjadi sikap dan perilaku, dibutuhkan kapasitas Keteladanan  seorang guru. Kapasitas keteladanan hanya dimiliki oleh guru yang berkarakter . Jadi hanya guru dengan karakter berketeladanan yang akan mampu melakukan perubahan.

Mengingat peran guru yang begitu besar dalam perubahan, maka pengembangan guru yang berkelanjutan menjadi sangat penting. Pengembangan yang dimulai dengan membangkitkan kesadaran akan peran dan tanggung jawab serta kemulian guru. Kemudian dari sisi penguatan perannya sebagai guru teladan yaitu guru yang bisa berperan sebagai Educator, Motivator, Accelerator, sekaligus memiliki Skillfull Operator yang mumpuni.

Bagikan

Jangan lewatkan

Peran Guru Dalam Perubahan Bangsa
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.